Dari sebuah milis yang saya ikuti,sering muncul pertanyaan:
"kapan sih anak mulai sekolah?"
"anak saya 7 bulan, mau sekolah,di mana ya yang bagus?"
Bayi bersekolah, sekarang menjadi tren, sekolahnya di Txxxxx Txx, dan Gyxxxxx. Sekolah franchise, dengan pengantar bahasa asing. Wow.
Usia sekolah menurut para ahli psikologi dan pendidikan adalah usia anak sekolah dasar. Usia sebelumnya dikategorikan pada usia pra sekolah. Usia pra sekolah sebenarnya merupakan masa persiapan untuk masuk sekolah.
Kesadaran orangtua dan pendidik akan pentingnya masa persiapan untuk masuk sekolah, menciptakan sekolah bagi anak usia dini yaitu taman kanak-kanak. Di taman kanak-kanak, anak dipersiapkan kematangan motorik halusnya agar nanti siap belajar menulis, dipersiapkan kematangan kognisinya agar nanti siap membaca dan menghitung, anak dipersiapkan daya konsentrasinya agar mampu menyimak pelajaran di sekolah, dan lain sebagainya, anak juga belajar secara bertahap untuk menjalankan rutinitas pergi sekolah dan berpisah dari orangtuanya pada saat ia sekolah, anak juga belajar bersosialisasi dengan lingkungan selain lingkungan keluarganya.
Setelah menyadari pentingnya masa persiapan sebelum masuk sekolah dasar. Kini para orangtua juga meyakini pendapat ahli yang menyatakan bahwa masa perkembangan anak usia dini merupakan masa emas (golden age). Orangtua menjadi tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendidik anak sejak dini. Akhirnya berkembanglah kelompok bermain, sekolah bagi anak usia 2-3 tahun. Bahkan berkembang pula sekolah bagi bayi (6 bulan-2 tahun).
Perkembangan terakhir inilah yang menimbulkan kebingungan di antara para orangtua. Apakah anaknya perlu mengikuti kelompok bermain. Apakah anaknya perlu mengikuti sekolah untuk para bayi?
Pada dasarnya sekolah pada anak usia dini adalah upaya untuk menstimulasi anak sejak dini. Namun sebenarnya stimulasi ini sangat bisa dilakukan oleh para orangtua di rumah. Menstimulasi anak bukanlah hal rumit yang sulit, jika orangtua memiliki target yang wajar bagi tumbuh kembang si Kecil, Namun menjadi rumit dan sulit, jika orangtua memiliki target di atas wajar. Misalnya saja menguasai bahasa asing sejak dini. Menurut mereka inilah masa emas, semakin dini diajarkan semakin optimallah masa emas si kecil. Maka karena orangtua merasa kurang menguasai bahasa asing, dipilihlah sekolah bayi dan kelompok bermain dengan pengantar bahasa asing.
Pengejaran target di atas rata-rata,.menyebabkan orangtua tidak percaya diri untuk mendidik anak di rumah. Orangtua merasa tidak mampu mengajarkan anak agar bisa membaca di usia 3 tahun.
Orangtua merasa tidak mampu mengajarkan bahasa asing pada anak agar di usia 4 tahun bisa cas cis cus seperti orang asing. Apalagi ditambah istilah –istilah yang asing di telinga orangtua, namun dipahami sebagai hal yang penting untuk masa depan mereka, seperti EQ, SQ, Multiple Intellegence, dan lain sebagainya. Bagaimana mengajarkan hal itu semua pada anak? Akhirnya orangtua mencari pihak lain yang kabarnya mampu, yaitu sekolah.
Jika target orangtua adalah wajar, yaitu tumbuh kembang optimal,maka rumahlah tempat idealnya untuk belajar. Bayi adalah masa dimana ia memerlukan lingkungan yang aman, dalam arti memenuhi kebutuhannya secara cepat. Rumahlah adalah lingkungan paling aman baginya. Orangtuanyalah yang sangat memahami siapa anaknya, apa kebutuhannya saat ini. Bayi belum memerlukan stimulasi sosialisasi yang rumit. Ia hanya perlu belajar bertemu dengan orang asing dan kemudian menyapanya. Hal yang lebih baik dilakukan dengan lingkungan terdekat seperti tetangga. Anak belajar berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya. Kalau semua anak belajar dari sejak dini bergaul dengan lingkungan terjauh darinya, tak heran individualisme di masyarakat semakin meningkat.
Demikian pula untuk anak usia 2-3 tahun,yang mulai banyak mengikuti kelompok bermain. Rumah masih menjadi tempat ideal mereka untuk belajar. Karena perbandingan anak dan guru untuk belajar di usia ini adalah 1:1. Adakah kelompok belajar yang perbandingan gurunya 1:1? Daya konsentrasi anak usia ini menyebabkan anak masih memerlukan pendekatan individual. Sosialisasi bisa dilakukan dengan para tetangga. Ajaklah anak tetangga bermain di rumah, atau bermain di rumah tetangga atau lingkungan sekitar rumah. Anak hanya perlu belajar berbagi dan bermain bersama. Namun jika memang tidak punya tetangga, masuk kelompok bermain bisa menjadi alternatif pengasahan sosialisasi anak. Tapi jangan lantas menyerahkan pendidikan anak ke kelompok bermain, anak akan lebih pesat perkembangannya dengan stimulasi di rumah (karena perbandingan 1:1 nya tea)
Mengapa rumah tetap menjadi ideal bagi anak usia dini, karena masa inilah saat kita membangun ikatan anak dan orangtua (attachment & bonding). Hal yang tidak bisa dibangun di masa selanjutnya. Hal yang tidak bisa tergantikan oleh pihak lain. Kita gagal membangunnya di masa ini, gagallah selamanya. Menstimulasi anak sambil bermain adalah sarana orangtua untuk membangun kehangatan,kebersamaan, sehingga menciptakan ikatan tersebut.
"kapan sih anak mulai sekolah?"
"anak saya 7 bulan, mau sekolah,di mana ya yang bagus?"
Bayi bersekolah, sekarang menjadi tren, sekolahnya di Txxxxx Txx, dan Gyxxxxx. Sekolah franchise, dengan pengantar bahasa asing. Wow.
Usia sekolah menurut para ahli psikologi dan pendidikan adalah usia anak sekolah dasar. Usia sebelumnya dikategorikan pada usia pra sekolah. Usia pra sekolah sebenarnya merupakan masa persiapan untuk masuk sekolah.
Kesadaran orangtua dan pendidik akan pentingnya masa persiapan untuk masuk sekolah, menciptakan sekolah bagi anak usia dini yaitu taman kanak-kanak. Di taman kanak-kanak, anak dipersiapkan kematangan motorik halusnya agar nanti siap belajar menulis, dipersiapkan kematangan kognisinya agar nanti siap membaca dan menghitung, anak dipersiapkan daya konsentrasinya agar mampu menyimak pelajaran di sekolah, dan lain sebagainya, anak juga belajar secara bertahap untuk menjalankan rutinitas pergi sekolah dan berpisah dari orangtuanya pada saat ia sekolah, anak juga belajar bersosialisasi dengan lingkungan selain lingkungan keluarganya.
Setelah menyadari pentingnya masa persiapan sebelum masuk sekolah dasar. Kini para orangtua juga meyakini pendapat ahli yang menyatakan bahwa masa perkembangan anak usia dini merupakan masa emas (golden age). Orangtua menjadi tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendidik anak sejak dini. Akhirnya berkembanglah kelompok bermain, sekolah bagi anak usia 2-3 tahun. Bahkan berkembang pula sekolah bagi bayi (6 bulan-2 tahun).
Perkembangan terakhir inilah yang menimbulkan kebingungan di antara para orangtua. Apakah anaknya perlu mengikuti kelompok bermain. Apakah anaknya perlu mengikuti sekolah untuk para bayi?
Pada dasarnya sekolah pada anak usia dini adalah upaya untuk menstimulasi anak sejak dini. Namun sebenarnya stimulasi ini sangat bisa dilakukan oleh para orangtua di rumah. Menstimulasi anak bukanlah hal rumit yang sulit, jika orangtua memiliki target yang wajar bagi tumbuh kembang si Kecil, Namun menjadi rumit dan sulit, jika orangtua memiliki target di atas wajar. Misalnya saja menguasai bahasa asing sejak dini. Menurut mereka inilah masa emas, semakin dini diajarkan semakin optimallah masa emas si kecil. Maka karena orangtua merasa kurang menguasai bahasa asing, dipilihlah sekolah bayi dan kelompok bermain dengan pengantar bahasa asing.
Pengejaran target di atas rata-rata,.menyebabkan orangtua tidak percaya diri untuk mendidik anak di rumah. Orangtua merasa tidak mampu mengajarkan anak agar bisa membaca di usia 3 tahun.
Orangtua merasa tidak mampu mengajarkan bahasa asing pada anak agar di usia 4 tahun bisa cas cis cus seperti orang asing. Apalagi ditambah istilah –istilah yang asing di telinga orangtua, namun dipahami sebagai hal yang penting untuk masa depan mereka, seperti EQ, SQ, Multiple Intellegence, dan lain sebagainya. Bagaimana mengajarkan hal itu semua pada anak? Akhirnya orangtua mencari pihak lain yang kabarnya mampu, yaitu sekolah.
Jika target orangtua adalah wajar, yaitu tumbuh kembang optimal,maka rumahlah tempat idealnya untuk belajar. Bayi adalah masa dimana ia memerlukan lingkungan yang aman, dalam arti memenuhi kebutuhannya secara cepat. Rumahlah adalah lingkungan paling aman baginya. Orangtuanyalah yang sangat memahami siapa anaknya, apa kebutuhannya saat ini. Bayi belum memerlukan stimulasi sosialisasi yang rumit. Ia hanya perlu belajar bertemu dengan orang asing dan kemudian menyapanya. Hal yang lebih baik dilakukan dengan lingkungan terdekat seperti tetangga. Anak belajar berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya. Kalau semua anak belajar dari sejak dini bergaul dengan lingkungan terjauh darinya, tak heran individualisme di masyarakat semakin meningkat.
Demikian pula untuk anak usia 2-3 tahun,yang mulai banyak mengikuti kelompok bermain. Rumah masih menjadi tempat ideal mereka untuk belajar. Karena perbandingan anak dan guru untuk belajar di usia ini adalah 1:1. Adakah kelompok belajar yang perbandingan gurunya 1:1? Daya konsentrasi anak usia ini menyebabkan anak masih memerlukan pendekatan individual. Sosialisasi bisa dilakukan dengan para tetangga. Ajaklah anak tetangga bermain di rumah, atau bermain di rumah tetangga atau lingkungan sekitar rumah. Anak hanya perlu belajar berbagi dan bermain bersama. Namun jika memang tidak punya tetangga, masuk kelompok bermain bisa menjadi alternatif pengasahan sosialisasi anak. Tapi jangan lantas menyerahkan pendidikan anak ke kelompok bermain, anak akan lebih pesat perkembangannya dengan stimulasi di rumah (karena perbandingan 1:1 nya tea)
Mengapa rumah tetap menjadi ideal bagi anak usia dini, karena masa inilah saat kita membangun ikatan anak dan orangtua (attachment & bonding). Hal yang tidak bisa dibangun di masa selanjutnya. Hal yang tidak bisa tergantikan oleh pihak lain. Kita gagal membangunnya di masa ini, gagallah selamanya. Menstimulasi anak sambil bermain adalah sarana orangtua untuk membangun kehangatan,kebersamaan, sehingga menciptakan ikatan tersebut.