Label:

Paling asik kalo weekend, diem di rumah. Nyaman banget, istirahat, bercengkrama,berkebun,main sama anak-anak...

Apalagi kalo weekend gini, Akmal kan libur,plus temen-temen Akmal dan Hanif yang juga lagi libur. Jadinya heboh banget, ancur-ancuran deh rumah, dijadiin basecamp. Crayon ke mana-mana. Kertas Origami sebungkus langsung habis, bertebaran dimana-mana. Yah, biarlah, prinsipnya ASA (Asal Anak Senang). Kan tidak hanya kita yang butuh refreshing, anak-anak juga, apalagi Akmal yang sudah sekolah, sudah merasakan hidup perlu perjuangan.

Tapi yang paling males kalo lagi liburan gini, apa coba? KE DAPUR. Bosen euy, karena dah tiap hari kerja, masak pagi-pagi sebelum Akmal dan Ayah berangkat, karena mereka bawa bekel. Biar homemade ceritanya mah. Jadi kalo weekend pengennya LIBUR. Padahal kalo ibu-ibu lain banyak tuh yang biasanya weekend bikin sesuatu yang spesial. Kalau aku sekarang kok ya muales ya.

Pagi-pagi dah nawarin. Hayoh mau sarapan apa? Hanif milih sarapan bubur ayam, ya udah nyegat abang bubur ayam yang lewat. Terus Ayah, Akmal? Nasi Uduk. Ya,wis belilah nasi uduk, plus cemilan khas betawi_ketan,dan timus singkong. Jadi kalo weekend, agenda pertama adalah wisata kuliner.

Sampe menjelang makan siang, Ayah baru nyadar dan nanya,kok belon keliatan masak? Hmh, diriku hanya tersenyum simpul dan muka mohon maklum sambil bilang kalo lagi bosen ke dapur. Eh Ayah hanya tersenyum dan memaklumi, ya udah beli aja,katanya.

Ya udah, nyobain beli ke warung nasi terdekat. Bingung juga ternyata kalo beli mateng. Gak semua makanannya menggiurkan, padahal ini warung rekomendasi tetangga yang dah langgan beli ke situ tiap hari. Pilih…pilih…pilih,hmm, bener kata tetangga efisien beli, kalo ngitung-ngitung beli mentahannya,kok jadi murahan beli mateng ya. Mudah-mudahan enak.

Sampe rumah. Ayo makan. Icip-icip, yah ternyata rasanya nggak mak nyus….
Duh kok bisa-bisanya ya tetanggaku lebih milih beli dari pada masak, apalagi tiap hari, kebayang deh bosennya.

Tanya Ayah, dan benar menurut Ayah rasanya kurang nendang. Jadi kesimpulannya mending masak sendiri. Tapi gimana ya…kalo lagi malesss, dan udah ketebak deh kalo tiap weekend bawaannya selalu bosen, jenuh, dan males ke dapur.

Label:

Teringat waktu Akmal TK, saya suka ngobrol dengan ibu-ibunya teman Akmal, mereka
concern banget dengan perkembangan akademik anak-anak mereka. Rata-rata semangat sekali mengajari anak membaca, menulis dan menghitung, walau anaknya masih Play Group atau TK A. Bahkan banyak yang wara wiri cari tempat les baca.

Tapi kalo main ke rumah mereka, tengak tengok (ih nggak sopan ya di rumah orang kok...) liat-liat isi rumah, hmmmh tak terlihat ada buku!

Lah jadi apa maksud para ibu nih ngajarin baca. Apalagi cara ngajarinnya juga dijejel-jejel (halagh apa bener nih istilahnya), ada yang sampe menjadwalkan tiap malam digilir, belajar baca, dikte, hitung...

Mereka lebih kepada mengejar BISA baca daripada MINAT baca. Katanya supaya di SD nanti tidak ketinggalan pelajaran. Soalnya pelajaran SD sudah menuntut anak bisa baca. Tanpa disadari sasarannya menjadi benar-benar akademik jangka pendek.

Padahal kalo kita telusuri, kompetensi mendasar yang bisa jadi bekal survivenya anak-anak kita di masa depan,lebih pada kompetensi MINAT baca, BUKAN hanya sekedar BISA baca,kan?

Demikian halnya pun dengan BELAJAR. Mana yang lebih penting? BISA BELAJAR atau MINAT BELAJAR?

Bisa Belajar bisa diperoleh dengan memberikan reward atau punishment, sesuai pilihan orangtua. Via misalnya, dijadwalkan oleh mamanya untuk belajar tiap malam. Via masih berusia 3 tahun. Ia diajak belajar oleh ibunya dengan berbagai cara. Ya, Via bisa belajar, perkembangan akademiknya pun pesat. Tapi apakah minat belajarnya turut serta tumbuh dalam dirinya? Perlu dicek kembali. Jangan sampai karena kita concern pada bisa belajar, kita lupa memperhatikan menumbuhkan minatnya.

Banyak orangtua yang tidak peduli pada menumbuhkan minat belajar anak. Saya sering dengar para ibu yang harus bertengkar dengan anak, karena anak tak mau belajar. Padahal anaknya masih prasekolah loh.

Menumbuhkan Minat Belajar atau Motivasi Belajar sejak dini,sebenarnya sangat sederhana, dan tak perlu energi + biaya yang banyak. Menumbuhkan minat belajar pada anak prasekolah cukup dengan satu jurus saja: BERMAIN

Apapun melalui bermain anak akan senang. Memberi ruang dan waktu yang cukup untuk bermain bukan berarti anak menjadi tidak belajar. Hal ini bahkan akan membentuk Minat Belajar yang kuat pada anak.

Kalau minat belajar sudah tumbuh, selanjutnya kita sebagai orangtua tidak akan menemukan banyak kesulitan ketika anak memasuki sekolah dasar. Kalau basa sundanya sih istilahnya "tos hideng nyalira"...:)

Label:

Berbeda dengan AKMAL KECIL yang...

...minta baca paling nggak 10 buku baru bisa tidur
... sangat sayang sama buku-buku yang dia miliki (dari sejak bayi nggak ada sejarahnya Akmal ngerobek/mgerusak buku)
...selalu menyelesaikan bacaannya sampai tuntas

HANIF....
...nggak pernah minta baca buku sebelum tidur (gayanya pelor:)
...nggak merasa perlu ngerawat buku, sobek ya sobek...kalo perlu digunting ya gunting aja
...walau baru sehalaman, kalau Hanif ngantuk, Hanif pasti milih tidur daripada baca:),langsung pules lagi tidurnya...zzzzz

Perbedaan ini membuat saya tidak begitu banyak berharap:). Saya sudah menerima karakter Hanif sepenuhnya, dan mengapresiasi begitu banyak kelebihan dia, Hanif yang penuh ide, kreatif,suka ngobrol,pendengar yang baik, banyak bergaul, ramah dan tidak sombong ha3...berlebihan kali ya...eh tapi bener kok:)

Gayanya Hanif ini ternyata mempengaruhi semangatku untuk mengajaknya membaca. Jauh lebih kendorlah dibanding waktu Akmal kecil.

Namun ternyata walaupun klop antara minat Hanif yang kurang dan semangatku yang kendor, tidak menjadi sama dengan Hanif terus-terusan tidak minat baca.

Akhir-akhir ini minat baca Hanif meningkat tajam. Ia mulai terbiasa dengan rutinitas membaca sebelum tidur. Minta tambah buku dan tambah buku lagi sampai dia puas. Hanif juga bisa protes kalau aku ketiduran pas ngebacain buku:).

Kemajuan lainnya, dia sudah bisa bergaya baca, seakan-akan baca, padahal sih baca gambar. Tapi kata-kata yang diucapkan persis dengan yang ada di buku jadi kaya beneran baca.

Hmmh, jadi mikir kok dia bisa berubah.Padahal tidak ada perubahan cara mengasuh. Kenapa jadi suka baca?

Jawabannya adalah...sepertinya karena suasana "suka baca" ada disekelilingnya. Saya suka baca buku, Masnya juga. Buku juga ada di mana-mana. Lama-lama dia nyadar kali ya kalo baca itu asik. Plus rutinitas membaca buku sebelum tidur sebisa mungkin memang selalu dijalankan. Jadi akhirnya Hanif pun suka membaca. Alhamdulillah.

Pada dasarnya memang hanya minat baca yang saya tumbuhkan pada anak-anak. Saya tidak menstimulasi anak agar bisa cepat membaca. Minat,saya pikir lebih penting daripada mampu. Dan minat ini sepertinya seringkali luput dari "incaran" orangtua.

Padahal bisa terobservasikan, kalau begitu banyak orang yang bisa baca, tapi berapa banyak sih yang suka baca. Juga bisa terobservasi apakah orang-orang hebat yang berguna bagi ummat adalah orang yang sebatas bisa baca atau orang yang suka baca?

Label: ,

Di hari pertama setelah libur panjang lebaran, ternyata Akmal masih mogok:(. Saya dan suami sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, karena sepertinya sudah semua jurus dikeluarkan.
Akhirnya karena tahu bahwa sifatnya yang serba harus direncanakan itu yang sangat menghambat dirinya untuk pergi sekolah, saya hanya bisa berkata:"mas, santai saja, nanti di sekolah seperti apa anggap saja kejutan yang akan menyenangkan"
Saya berkata begitu karena Akmal paling senang kalo saya bilang ada kejutan untuknya. Kejutan ini biasanya berupa hadiah.
Tapi ternyata teteup, dia belum bisa menghadapi yang namanya sekolah. So, tarik-tarikan deh ngajak dia sekolah.

Ternyata di sekolah juga bukan belajar, melainkan acara halal bihalal. Setelah berusaha membujuk dan dia masih tidak mau masuk arena, dengan terpaksa kami meninggalkan dia yang nangis kenceng banget.

Di jalan menuju pulang, saya hanya bilang kepada suami:"ya sudah, Yah, mungkin memang ini ujian kita, anggap saja setiap hari kita akan menghadapinya dan melakukan ini rutin setiap pagi, toh dia di sekolahnya sih nyaman, kita ajak-ajak ngobrol aja, nggak usah tegang"
Berusaha menghibur diri dan suami, hanya itu yang bisa saya lakukan. Alhamdulillah saya dan suami adalah tim yang kompak, jadi suami sepakat pada apa yang katakan. Karena kalo mengikuti hawa nafsu mah suami pasti kesel banget liat anak laki-lakinya punya sifat yang kata orang "cengeng".

Pulang sekolah seperti biasa, akmal ceria. Kali ini saya sudah tak menyimpan harap, kecuali do'a (masih berharap berarti:), ya iyalah namanya juga orangtua).
"Gimana mas?"
"Wah asyik bu, tadi aku dikasih ketupat"
"O,ya?"
"I,ya bener kata ibu, di sekolah banyak kejutan, aku tuh pengen banget lebaran lagi, makan ketupat, eh ternyata di sekolah ada"
"Nah,kan,jadi gimana besok"
"Aku mau sekolah"
Alhamdulillah....
Bagaimana besok deh, yang penting dia dah bilang mau

Alhamdulillah kali ini benar, esoknya dia benar-benar mau sekolah, nggak usah dibujuk-bujuk...
Hmmh perjalanan panjang episode ini cukup melelahkan, tapi begitu indah untuk diingat.
Semua ujian pasti ada hikmahnya.

Label: ,

Selama masa Akmal mogok ini, Ia minta dijemput oleh saya. Dia bertanya
berulang-ulang dari pintu rumah sampe pintu kelas," ya bu ya? jemput
Mas, ya?" dan saya pun (walau hampir bosan) selalu menjawab "Ya"

Di siang hari saat matahari tepat berada di atas kepala, saya dan hanif
bersama-sama menjemput Akmal. Ia selalu tampak ceria ketika keluar
kelas, dan bercerita kalo kelasnya menyenangkan. Setiap kali melihat dia
keluar kelas dengan ceria begitu, saya selalu berharap esok dia akan
sekolah dengan ceria juga. Tapi apa mau di kata. Harapan tinggal
harapan. Sudah job desk harian: membujuk Akmal sekolah, mengantarkan,
dan meninggalkannya dalam keadaan menangis

Seminggu sudah masa ulangan dijalani sambil menangis, Alhamdulillah
nilainya masih tergolong bagus. Sebenarnya saya dan suami tak
menargetkan nilai, hanya kita khawatir kalo nilai jelek, Akmal jadi
tambah mogok.

Setelah masa ulangan, masih ada seminggu masa sekolah sebelum libur
lebaran. Job desk: membujuk, mengantar, meninggalkan sambil mendengarkan
teriakan dan raungan tangisnya, menjemput, masih harus tetap dijalankan.
Akmal belum bisa dinego.

Berbagai cara sudah kami lakukan, tapi teuteup sampai liburan lebaran,
Akmal masih susah sekolah.

Save by the bell....

Alhamdulillah ada libur panjang, lumayan buat kita untuk break, tidak
membujuk-bujuk sekolah. Tarik nafas dulu.....

Selama masa Akmal mogok, kami juga mengevaluasi pola asuh yang kami
lakukan, karena kami melihat mogoknya Akmal ini dipengaruhi juga oleh
sifat -sifat Akmal

Akmal yang sulit beradaptasi dengan hal baru, membuat dia pernah minta
pulan duluan dari sekolah,ketika agenda hari itu adalah berenang.
Gara-garanya dia merasa bingung, bagaimana nanti mandinya (karena waktu
TK dimandiin bu guru), di mana ganti bajunya, kolam renangnya seperti
apa,dlsb. Aktivitas SD yang lebih menuntut kemandirian membuatnya
bingung, bukan karena dia belum mandiri, hanya karena hal itu baru,
setting lingkungannya baru.

Akmal adalah tipe perencana, dan teratur. Semua harus direncanakan, dan
tidak boleh keluar rencana. Hal ini menjadi menyulitkan karena tak semua
hal di sekolah bisa dia ketahui dan direncanakan kan?

So kami atur strategi selanjutnya. Untuk sifatnya yang sulit beradaptasi
dengan hal baru,teratur dan perencana (status quo) ini, saya coba atasi
dengan banyak memberikan pengalaman baru yang tak begitu direncanakan.
Saya ajak ke setting lingkungan baru, dan arena bermain yang menantang
dan baru.

Kebetulan di masa lebaran tahun ini ada film laskar pelangi. Nonton di
bioskop adalah hal yang belum pernah dia alami. Kami ajak dia nonton,
kebetulan juga tema filmnya cocok. Keluar bioskop selain senang karena
itu hal baru, dia juga jadi paham kalo banyak orang yang ingin sekolah
tapi tidak semudah dirinya bersekolah.

Berenang di berbagai kolam renang yang belum dia temui, ternyata juga
membuahkan hasil yang lumayan, derajat stress yang dia rasakan
sepertinya berkurang, Ada sarana menyalurkan energi dan emosi. Kami
memang sudah lama tidak memfasilitasi dirinya untuk melepas emosi
seperti senang, terkejut, dan takut.

Mengintensifkan waktu bersama, menghindari pertengkaran dengannya,
menciptakan kehangatan dan memenuhi kebutuhan emosinya. Kami all out
memperbaiki kualitas emosi Akmal, sampai masa libur selesai.

H2C alias harap-harap cemas di hari pertama masuk sekolah setelah liburan lebaran. Tapi ada keyakinan 100% kami akan berhasil, lha wong kita sudah All Out.

Eng...ing....eng.....
"Aku belum siap sekolah!" kata Akmal...
Wua gubrak! Aduuuuh harus bagaimana lagi...
"Kenapa?"
"Nanti gimana, pelajarannya...bla...bla...bla"
Duh sifat perencananya dan sifat tidak siap dengan sesuatu yang tidak terprediksi ternyata masih melekat.
Blank deh saya, nggak bisa mikir!

Label:

Curhat....

Susah banget untuk nggak senewen kalo ngeliat Akmal makan...
Lamma banget!

Susah banget untuk nggak ngomel ngeliat dia slow motion....melakukan
hal-hal yang nggak perlu ketika makan

Gampangnya kusuapin aja ya....wah sampe umur berapa, secara dia dah
hampir 7 tahun, dah kelewat 3-4 tahun dari usia yang harusnya dia dah
makan sendiri

Akmal yang pintar, mandiri dalam banyak hal, bisa berkeping-keping
konsep dirinya gara-gara makan. Bahasa tubuhku dan omelanku bisa bikin
konsep dirinya jadi negatif

Tapi ya gimannnnaaa....

TIME OUT!

$%#Q&^*&(*()*@!)*!!!

Label: ,

Episode ini berawal dari Akmal yang tiba-tiba mengeluh perut melilit,
mual dan kemudian nggak mau sekolah. Dua minggu, saya dan suami mondar mandir ke sekolah Akmal. Konfirmasi ini itu...nyari apa penyebabnya,stressnya minta ampun. Sampai nyari alternatif sekolah, karena nggak yakin masalah-masalah yang ada bisa
diselesaikan.

Dari mogoknya Akmal, saya menyadari kalo sekolah yang kami pilih
tidaklah ideal, jangankan anak, untuk beberapa hal saya merasa kurang
sreg, dan hal-hal itu luput dari observasi waktu milih sekolah.

Beberapa fakta seperti guru yang gampang banget kasih konsekuensi,
pelajaran yang cepat sekali,PR yang menumpuk kala weekend, soal ujian
yang luar biasa "berat" menurut saya....bikin perut saya juga ikut melilit.

Konsep "Homeschooling" sudah berseliweran di benak saya...tapi buat anak
saya yang sosialisasinya nggak bagus, HS kayaknya malah akan memperburuk
kemampuan sosialisasinya itu (walau banyak pihak yang menyatakan HS
tidak berhubungan dengan sosialisasi)

Dua minggu saya mengintesifkan komunikasi dengan Akmal.
Ngobrol...ngobrol...ngobrol.
Kami juga manusia (duh alasan yang tidak perlu yak), tidak mudah menjaga
ketenangan hati ketika ngobrol atau membujuknya sekolah.

Akhirnya ketemulah penyebabnya dan solusinya. Guru yang suaranya terlalu
keras dan sering ngancem kasih konsekuensi, diselesaikan dengan
berkomunikasi, memberi feedback,dan saran.

PR yang tiba-tiba jadi banyak (sampai sepuluh halaman!), apalagi
diberikan di akhir pekan, ternyata terjadi atas saran orangtua yang
kebetulan nggak mau anaknya tertinggal dari anak-anak sekolah
lain...halagh...ampyun deh! Masalah ini diselesaikan dengan
berkomunikasi dan berdialog dengan guru.

Alhamdulillah gurunya open minded,lapang hati, mau menerima saran.

Perasaan merasa tertinggal pelajaran, diselesaikan dengan belajar di
malam hari, belajar sekedar menumbuhkan keyakinan kalo dia bisa.

Setelah akmal diyakinkan tentang perubahan-perubahan yang akan ia temui
disekolahnya, akmal mau sekolah. Tapi minta ditungguin di dalem kelas.
Duh....mallu banget euy nungguin anak laki-laki di kelas 1....hik...tapi
apa mau dikata kutemenin juga. No Choice.....

Eh besoknya dia malah sakit...keterusan deh nggak sekolah...mogok lagi
deh walau dah sembuh....akhirnya setelah bujuk membujuk, dan meyakinkan
akan pentingnya sekolah dan sekolah yang begitu mengasyikkan, Akmal mau
sekolah.

Gubraknya pas dia mau sekolah bertepatan dengan waktu ulangan harian.
Adduh, menjanjikan kelasnya bakal lebih santai malah masuk pas ulangan.

Alhamdulillah gurunya support banget, jadi suasana kelas yang terlalu
menegangkan buat dia...diselesaikan dengan cara ada foreplay dulu
sebelum bertanding:), gambar-gambar dulu sebelum masuk kelas. Hal ini
cukup nyaman, tapppiii teuteup belum bikin dia merasa aman. Masih pengen
ditungguin.

Karena semua permasalahan hampir sudah diselesaikan, dan saya menilai
kondisi cukup...maka..kami (saya dan gurunya) memutuskan inilah saatnya
untuk melepas Akmal sekolah. Say good bye, and see you...

Akmal meraung raung menangis kenceng-kenceng
Sehari...dua hari...tiga hari...nggak keliatan akan ada perkembangan...

Label:

Kalau anak lagi melakukan perilaku "sulit" salah satu yang efektif untuk
menghentikannya adalah dengan menerapkan time out. Anak diberi ruang dan
waktu untuk diam selama waktu yang cukup untuk menenangkan dirinya dan
memikirkan perilakunya itu.

Biasanya saya berlakukan time out kalo anak dah berkelahi,
tonjok-tonjokan, atau tendang-tendangan yang membahayakan.

Saya juga berlakukan time out kalo anak ngamuk.

Dan ternyata time out juga bisa loh diberlakukan pada diriku sendiri?
Ketika aku sudah merasa kalo diriku sudah bertaring, bertanduk, dan
berasap karena melihat kelakukan anak-anakku :-(

Seperti tadi pagi, yang satu teriak begini, yang satu menjengkelkan
dengan rengekan begitu....begini...begitu....eugh rasanya mau menghilang
saja. TRING! Tapi kan nggak bisa...

Akhirnya karena perasaan kepala udah ngebul, aku memutuskan untuk TIME
OUT....minggir dari kancah pertempuran....ngiuhan di bawah pohon mangga
rumahku...wuiiih enak apalagi sambil ngeliatin senyuman suami yang super
manis duh serasa embun menetes di hati...

Tidak sampai 5 menit hati kembali tenang, bisa berpikir jernih, dan
menghadapi anak-anak dengan tenang :-)

Label:

Karena jadi pengacara (Pengangguran Banyak Acara) di rumah, jadi suka
berkesempatan memperhatikan perilaku mba-mba pengasuh anak-anak
tetangga, yang ibunya kerja.
Anggap aja laporan pandangan mata:)

Suatu hari Hanif mau nyamper temennya Ali. Kita ketok-ketok pintunya.

Assalamu'alaikum....Ali!

Tak terdengar sahutan. Oh Ali mungkin sedang tidur. Tapi masa pagi-pagi
tidur ya. Ali! Aku dan Hanif memanggil Ali.
Kreet,pintu rumahnya Ali di buka.
Eh Ali...lho kok Ali berair mata, dan kok rumahnya sepi sekali...

"Ali sendiri?"
"Iya" jawab Ali pelan

Oh kasihan sekali anak 3 tahun sendirian di rumah,nggak tahu apa aku
protektif atau bagaimana ya, tapi aku belum tega ninggalin anak 3 th
sendirian di rumah.

"kemana mbanya?"
"jalan-jalan"
"Jalan-jalan?"

Karena tidak tega, aku ajak Ali ke rumah, kebetulan ketemu Bunda
tetanggaku yang juga ada di rumah, Aku cerita. Bunda tak heran, rupanya
mba ini punya kebiasaan tebar pesona di gerbang komplek, deket gardu
satpam. Oaalaaa!

Singkat cerita,aku tahu dari Ali,kalo dia tadi sedang tidur,ketika
mbanya meninggalkannya...

Di lain hari
Terdengar suara tangis kencang di rumah Ali.
Siapa yang nangis? aku bertanya pada mbanya Ali yang sedang berada di luar
"Ali" jawabnya
"lagi di kamar mandi...biar ajalah...habis Ali nakal..."
Duh diapain tuh ya...kasian amat...sering banget disebut Nakal dan
sepertinya Ali sedang dikunci di kamar mandi

Di lain hari..
Ali sedang bermain di rumah.
Dah dzuhur kok nggak diajak pulang:(. Padahal Hanif waktunya makan
siang, baca buku dan tidur.
"Ali...Ali.."
Panggil Mbanya.
"Ali ayo pulang, ini jagain ade...mba mau ke warung"
Ngong...bengong deh saya...anak 3 tahun suruh jaga anak 1 tahun?
Ali menolak, tapi lama-lama ia, mau juga karena dipaksa-paksa
Selang berapa waktu kemudian
Ada suara pintu dibuka
"Eh Ali"
"Sini de...mau tunggu mba di sini aja"
Selang berapa waktu yang cukup lama
"Ali...mba suruh di rumah"
"Abis mba lama...."

Di lain hari
Hujan deras. Ali sedang bermain di rumah bersama Hanif dan Akmal. Saya
heran...kok hujan deras begini, Ali nggak ada yang nyari, apa nggak ada
yang khawatir padanya.

"Ali kalo hujan begini apa nggak dicari Ummi" (kebetulan hari
minggu,biasanya ummi di rumah
"Ummi,nggak ada lagi ngaji sama Abi"

Oooh pantas,mba nya mana peduli....

Label:

Banyak cara anak menunjukkan bahwa dirinya sudah besar. Biasanya dengan
cara meniru perilaku orang yang lebih besar dari dirinya. Begitupun
dengan Hanif. Akhir-akhir ini ia berusaha menunjukkan kalau ia sudah
besar dengan meniru Mas nya, Akmal.

Akmal yang cepat sekali meluapkan emosinya, ditangkap Hanif sebagai
itulah perilaku anak besar.

So, sudah dua hari ini Hanif punya kebiasaan baru TERIAK.

Menolak dengan berteriak. Meminta dengan berteriak.
Reaksiku??? Santai saja,karena sudah hafal sebenarnya itu bukan dirinya:)
Dia adalah anak yang tak bisa berlama-lama marah. Ngambeknya hanya
"rekayasa" untuk dihargai, untuk diperhatikan.

Aku hanya menghampiri, meraihnya, menggendong, memeluknya, dan
menawarinya hal-hal yang sebenarnya ia butuhkan,sambil memintanya untuk
tenang dulu. Tidak lupa jika ia berteriak dalam rangka meminta, aku
tetapi mengingatkannya untuk mengulangi permintaannya dengan kata "tolong".

Dan tak lama...seperti yang kuduga ia akan tersenyum lebar. Ia memang
anak yang manis, tak bisa berlama-lama marah.

Namanya juga Hanif :)