Label: ,

Selama masa Akmal mogok ini, Ia minta dijemput oleh saya. Dia bertanya
berulang-ulang dari pintu rumah sampe pintu kelas," ya bu ya? jemput
Mas, ya?" dan saya pun (walau hampir bosan) selalu menjawab "Ya"

Di siang hari saat matahari tepat berada di atas kepala, saya dan hanif
bersama-sama menjemput Akmal. Ia selalu tampak ceria ketika keluar
kelas, dan bercerita kalo kelasnya menyenangkan. Setiap kali melihat dia
keluar kelas dengan ceria begitu, saya selalu berharap esok dia akan
sekolah dengan ceria juga. Tapi apa mau di kata. Harapan tinggal
harapan. Sudah job desk harian: membujuk Akmal sekolah, mengantarkan,
dan meninggalkannya dalam keadaan menangis

Seminggu sudah masa ulangan dijalani sambil menangis, Alhamdulillah
nilainya masih tergolong bagus. Sebenarnya saya dan suami tak
menargetkan nilai, hanya kita khawatir kalo nilai jelek, Akmal jadi
tambah mogok.

Setelah masa ulangan, masih ada seminggu masa sekolah sebelum libur
lebaran. Job desk: membujuk, mengantar, meninggalkan sambil mendengarkan
teriakan dan raungan tangisnya, menjemput, masih harus tetap dijalankan.
Akmal belum bisa dinego.

Berbagai cara sudah kami lakukan, tapi teuteup sampai liburan lebaran,
Akmal masih susah sekolah.

Save by the bell....

Alhamdulillah ada libur panjang, lumayan buat kita untuk break, tidak
membujuk-bujuk sekolah. Tarik nafas dulu.....

Selama masa Akmal mogok, kami juga mengevaluasi pola asuh yang kami
lakukan, karena kami melihat mogoknya Akmal ini dipengaruhi juga oleh
sifat -sifat Akmal

Akmal yang sulit beradaptasi dengan hal baru, membuat dia pernah minta
pulan duluan dari sekolah,ketika agenda hari itu adalah berenang.
Gara-garanya dia merasa bingung, bagaimana nanti mandinya (karena waktu
TK dimandiin bu guru), di mana ganti bajunya, kolam renangnya seperti
apa,dlsb. Aktivitas SD yang lebih menuntut kemandirian membuatnya
bingung, bukan karena dia belum mandiri, hanya karena hal itu baru,
setting lingkungannya baru.

Akmal adalah tipe perencana, dan teratur. Semua harus direncanakan, dan
tidak boleh keluar rencana. Hal ini menjadi menyulitkan karena tak semua
hal di sekolah bisa dia ketahui dan direncanakan kan?

So kami atur strategi selanjutnya. Untuk sifatnya yang sulit beradaptasi
dengan hal baru,teratur dan perencana (status quo) ini, saya coba atasi
dengan banyak memberikan pengalaman baru yang tak begitu direncanakan.
Saya ajak ke setting lingkungan baru, dan arena bermain yang menantang
dan baru.

Kebetulan di masa lebaran tahun ini ada film laskar pelangi. Nonton di
bioskop adalah hal yang belum pernah dia alami. Kami ajak dia nonton,
kebetulan juga tema filmnya cocok. Keluar bioskop selain senang karena
itu hal baru, dia juga jadi paham kalo banyak orang yang ingin sekolah
tapi tidak semudah dirinya bersekolah.

Berenang di berbagai kolam renang yang belum dia temui, ternyata juga
membuahkan hasil yang lumayan, derajat stress yang dia rasakan
sepertinya berkurang, Ada sarana menyalurkan energi dan emosi. Kami
memang sudah lama tidak memfasilitasi dirinya untuk melepas emosi
seperti senang, terkejut, dan takut.

Mengintensifkan waktu bersama, menghindari pertengkaran dengannya,
menciptakan kehangatan dan memenuhi kebutuhan emosinya. Kami all out
memperbaiki kualitas emosi Akmal, sampai masa libur selesai.

H2C alias harap-harap cemas di hari pertama masuk sekolah setelah liburan lebaran. Tapi ada keyakinan 100% kami akan berhasil, lha wong kita sudah All Out.

Eng...ing....eng.....
"Aku belum siap sekolah!" kata Akmal...
Wua gubrak! Aduuuuh harus bagaimana lagi...
"Kenapa?"
"Nanti gimana, pelajarannya...bla...bla...bla"
Duh sifat perencananya dan sifat tidak siap dengan sesuatu yang tidak terprediksi ternyata masih melekat.
Blank deh saya, nggak bisa mikir!

Comments (0)