Sabtu lalu, saya mengikuti acara parenting dengan pembicara yang saya hormati karena keilmuannya. Ini kali kedua saya mengikuti acaranya. Di seminar yang pertama, saya sangat terinspirasi dan ter charge semangat mengasuh anak. Sampai-sampai ketika pulang dari acaranya waktu itu, anak-anak bertanya: "Kok ibu jadi baik?" haha, dan sayapun menjawab:"Hehe..ya ibu kan abis sekolah jadi orangtua tadi". Lalu anak-anak bilang:"waah kalau gitu sering-sering aja bu...sekolahnya..." kqkqkq...ketahuan banget ya...kalo tanpa nge charge dengan ilmu, si ibu teh sangat bertanduk dan berasap...glek:(
Seperti acara pertama yang saya ikuti, acara beliau yang kedua inipun sangat mencharge semangat dalam pengasuhan. Mengingatkan akan banyak hal. Tetapi kali ini saya sangat tertarik dengan cerita beliau tentang anak-anaknya, dan cukup takjub dengan kejujuran beliau dalam menceritakan.
Bukan keberhasilan pengasuhan yang beliau ceritakan, tetapi tantangan-tantangan yang beliau hadapi saat mengasuh anak-anaknya. Ia bercerita bagaimana anaknya yang sudah remaja, tetapi sholatnya masih empat waktu, dan bagaimana ia bersikap. Ia juga bercerita tentang bagaimana anaknyapun sempat kecanduan games online, hingga kini, dibatasi sehari hanya tiga jam (1 jam pagi, 1 jam siang, 1 jam malam, waktu yang dalam takaran saya sih terlalu banyak, ngga kebayang pas kecanduannya seberapa banyak waktu yang dihabiskan). Cerita lain tentang anaknya yang kalau pakai jilbab, belum termotivasi internal, masih dalam rangka selama ibu lihat, kalau ibu ngga lihat ya ngga pakai.
Benar-benar cerita yang jujur, ngga jaim. Beberapa kali ikut seminar, kan biasanya narasumbernya jaim, atau kalaupun bukan jaim, mengungkapkan prestasi anak-anaknya. Tetapi tidak dengan beliau. O, ya diawal acara..ada yang unik. Beliau kan didampingi moderator, itu moderator menampilkan slide tentang acara yang pernah dia pegang, buanyaaak banget. Sementara sang ibu ini, tampilan cvnya begitu sederhana...hehe..siapa yang moderator, siapa yang pembicara, jadi ngga jelas:)
Ya, beliau dalam pandangan saya, sudah tidak ngarep-ngarep popularitas, mungkin dengan pengalamannya yang sudah lama, sudah senior, popularitas sudah tidak penting. Menampilkan kehebatan, sudah tidak penting. Berbeda dengan pemain baru, yang kadang masih ingin semua orang tahu kalau dirinya pinter dan hebat. Godaan syetan yang terkutuk!
Cerita jujur sang ibu, membuat hati saya tentram. Betapa beliau saja yang sangat pintar masih menghadapi masalah yang lumayan membuat berpikir. Ternyata setiap ibu itu punya PR. Bahkan pembicara parenting sekelas nasionalpun, punya PR.
Lalu dengan punya PR yang masih setumpuk, apakah kita berhenti untuk berbagi pengalaman pengasuhan? Kalau bisa tidak perlu begitu ya? Saat kita merasa ada yang perlu kita bagi, apakah itu cara yang efektif saat menangani anak, atau ilmu-ilmu pengasuhan yang kita miliki, ya berbagi saja. Siapa tahu itu ada manfaatnya bagi teman-teman kita. Kalaupun tidak, ya pastinya bermanfaat bagi kita. Apalagi buat ibu-ibu moody kayak saya. Tips jitu hari ini, belum tentu masih saya inget di bulan depan. Dengan menulis, dengan berbagi, akan membuat ilmu itu terikat lebih lama. Tinggal buka blog, buka fesbuk, baca catatan sendiri atau teman-teman. Alhamdulillah.
Jangan minder dengan PR yang kita punya, tetapi minderlah kala kita berhenti untuk belajar, berhenti untuk berusaha mencari solusi dari PR-PR tersebut.
Seperti acara pertama yang saya ikuti, acara beliau yang kedua inipun sangat mencharge semangat dalam pengasuhan. Mengingatkan akan banyak hal. Tetapi kali ini saya sangat tertarik dengan cerita beliau tentang anak-anaknya, dan cukup takjub dengan kejujuran beliau dalam menceritakan.
Bukan keberhasilan pengasuhan yang beliau ceritakan, tetapi tantangan-tantangan yang beliau hadapi saat mengasuh anak-anaknya. Ia bercerita bagaimana anaknya yang sudah remaja, tetapi sholatnya masih empat waktu, dan bagaimana ia bersikap. Ia juga bercerita tentang bagaimana anaknyapun sempat kecanduan games online, hingga kini, dibatasi sehari hanya tiga jam (1 jam pagi, 1 jam siang, 1 jam malam, waktu yang dalam takaran saya sih terlalu banyak, ngga kebayang pas kecanduannya seberapa banyak waktu yang dihabiskan). Cerita lain tentang anaknya yang kalau pakai jilbab, belum termotivasi internal, masih dalam rangka selama ibu lihat, kalau ibu ngga lihat ya ngga pakai.
Benar-benar cerita yang jujur, ngga jaim. Beberapa kali ikut seminar, kan biasanya narasumbernya jaim, atau kalaupun bukan jaim, mengungkapkan prestasi anak-anaknya. Tetapi tidak dengan beliau. O, ya diawal acara..ada yang unik. Beliau kan didampingi moderator, itu moderator menampilkan slide tentang acara yang pernah dia pegang, buanyaaak banget. Sementara sang ibu ini, tampilan cvnya begitu sederhana...hehe..siapa yang moderator, siapa yang pembicara, jadi ngga jelas:)
Ya, beliau dalam pandangan saya, sudah tidak ngarep-ngarep popularitas, mungkin dengan pengalamannya yang sudah lama, sudah senior, popularitas sudah tidak penting. Menampilkan kehebatan, sudah tidak penting. Berbeda dengan pemain baru, yang kadang masih ingin semua orang tahu kalau dirinya pinter dan hebat. Godaan syetan yang terkutuk!
Cerita jujur sang ibu, membuat hati saya tentram. Betapa beliau saja yang sangat pintar masih menghadapi masalah yang lumayan membuat berpikir. Ternyata setiap ibu itu punya PR. Bahkan pembicara parenting sekelas nasionalpun, punya PR.
Lalu dengan punya PR yang masih setumpuk, apakah kita berhenti untuk berbagi pengalaman pengasuhan? Kalau bisa tidak perlu begitu ya? Saat kita merasa ada yang perlu kita bagi, apakah itu cara yang efektif saat menangani anak, atau ilmu-ilmu pengasuhan yang kita miliki, ya berbagi saja. Siapa tahu itu ada manfaatnya bagi teman-teman kita. Kalaupun tidak, ya pastinya bermanfaat bagi kita. Apalagi buat ibu-ibu moody kayak saya. Tips jitu hari ini, belum tentu masih saya inget di bulan depan. Dengan menulis, dengan berbagi, akan membuat ilmu itu terikat lebih lama. Tinggal buka blog, buka fesbuk, baca catatan sendiri atau teman-teman. Alhamdulillah.
Jangan minder dengan PR yang kita punya, tetapi minderlah kala kita berhenti untuk belajar, berhenti untuk berusaha mencari solusi dari PR-PR tersebut.
Suka senang baca blognya teh lita mah. Hehehe...walau blm ada tanggungjwab sm anak sndiri mah gpp..., sama adik sndiri aza...
Diupdate teruuuss tehh blognya..
Kangenn..kangen...
kangen ya...tapi ini siapa??? hehe..