
Mengapa perpisahan yang dipilih? Tidak adakah cara untuk merajut cinta kembali? Pertanyaan yang lagi-lagi tidak terjawab.
Beberapa hari lalu, saya mendapatkan note dari seorang teman di Fb, seorang ibu muda, dengan anak 2 balita, dan 1 bayi. Bayi yang tampan, dengan hari lahir yang berdekatan dengan Naurah. Tertegun ku membaca note-notenya. Seperti biasa bibirku tergigit, air mataku mengalir. Inna lillahi wa inna illaihi raji'un ternyata suaminya baru saja meninggal, kira-kira satu-dua bulan sebelum anak ketiganya lahir.
Dengan jumlah anak yang sama, usia yang hampir sama. Terbayang tugas-tugas yang harus ia kerjakan di kesehariannya, dan sekarang dia harus menambah peran, sebagai kepala keluarga. Aaaah ngga kebayang...beratnya ninggalin si kecil...hiks
---
Dua episode perpisahan yang membuatku termenung, ya..dihadadapanku masih ada suami dan anak-anak. Kami masih dalam takdir bersatu, masih layakkah berkeluh kesah ini dan itu. Memilih untuk amanah terhadap kesempatan yang diberikan ini, tampak lebih baik.
Comments (0)
Post a Comment