Akmal sedang belajar Bahasa Indonesia untuk UAS. Di latihan soalnya ada pertanyaan tentang percaya diri, dan Akmal tampak sangat mengarang untuk menjawab pertanyaan tersebut. Saya memintanya untuk membaca lagi buku paketnya. Ya sekedar untuk merecall lah, supaya ngga ngarang-ngarang amat.
A: "Bu, minder itu apa sih?"
I: "O, minder itu kebalikan dari percaya diri, artinya merasa diri tidak mampu"
A: "Oo, aku suka tuh begitu"
I: "Heu...ibu juga dulu begitu"
A: "Iya, Bu?"
I: "iya akibatnya banyak yang ingin ibu lakukan, tetapi tidak ibu lakukan karena merasa minder, takut ngga bisa"
A: "Wah Aku juga begitu"
Ah si Ibu curcol..Akhirnya mah bukan belajar. Tetapi si ibu merenung. Duh, jangan sampai deh, keminderan ini menurun pada anak-anak. Renungan kedua, bersyukur karena keminderan ini sedikit demi sedikit sudah semakin hilang dalam diri.
Ya, Alhamdulillah akhirnya bisa hampir hilang juga yang namanya minder. Kok bisa ya? Padahal dah nyangkut di dalam diri sampai usia 30an. Kenapa bisa sekarang begitu optimis, percaya diri?
Pertolongan Allah tentu saja, melalui teman-teman. Alhamdulillah, berada di dekat sahabat-sahabat yang rajin memberikan contoh kepercayaan diri, tanpa narsis tentu saja. Alhamdulillah berada di dekat sahabat-sahabat yang fight menghadapi hidup. Alhamdulillah berkesempatan untuk mendengarkan berbagai kisah hidup from zero to hero. Ya dari nol sampai menjadi. Semuanya membuat optimis.
Sudut pandangpun berbalik,dari dulu yang selalu memikirkan sisi negatif, hingga sekarang yang berusaha untuk melihat sisi positif. Mudah-mudahan diberi kesempatan untuk terus begini, terus bersikap percaya diri dan optimis setiap kala mengerjakan sesuatu.
A: "Bu, minder itu apa sih?"
I: "O, minder itu kebalikan dari percaya diri, artinya merasa diri tidak mampu"
A: "Oo, aku suka tuh begitu"
I: "Heu...ibu juga dulu begitu"
A: "Iya, Bu?"
I: "iya akibatnya banyak yang ingin ibu lakukan, tetapi tidak ibu lakukan karena merasa minder, takut ngga bisa"
A: "Wah Aku juga begitu"
Ah si Ibu curcol..Akhirnya mah bukan belajar. Tetapi si ibu merenung. Duh, jangan sampai deh, keminderan ini menurun pada anak-anak. Renungan kedua, bersyukur karena keminderan ini sedikit demi sedikit sudah semakin hilang dalam diri.
Ya, Alhamdulillah akhirnya bisa hampir hilang juga yang namanya minder. Kok bisa ya? Padahal dah nyangkut di dalam diri sampai usia 30an. Kenapa bisa sekarang begitu optimis, percaya diri?
Pertolongan Allah tentu saja, melalui teman-teman. Alhamdulillah, berada di dekat sahabat-sahabat yang rajin memberikan contoh kepercayaan diri, tanpa narsis tentu saja. Alhamdulillah berada di dekat sahabat-sahabat yang fight menghadapi hidup. Alhamdulillah berkesempatan untuk mendengarkan berbagai kisah hidup from zero to hero. Ya dari nol sampai menjadi. Semuanya membuat optimis.
Sudut pandangpun berbalik,dari dulu yang selalu memikirkan sisi negatif, hingga sekarang yang berusaha untuk melihat sisi positif. Mudah-mudahan diberi kesempatan untuk terus begini, terus bersikap percaya diri dan optimis setiap kala mengerjakan sesuatu.
sip lah :)