Label: ,

Episode ini berawal dari Akmal yang tiba-tiba mengeluh perut melilit,
mual dan kemudian nggak mau sekolah. Dua minggu, saya dan suami mondar mandir ke sekolah Akmal. Konfirmasi ini itu...nyari apa penyebabnya,stressnya minta ampun. Sampai nyari alternatif sekolah, karena nggak yakin masalah-masalah yang ada bisa
diselesaikan.

Dari mogoknya Akmal, saya menyadari kalo sekolah yang kami pilih
tidaklah ideal, jangankan anak, untuk beberapa hal saya merasa kurang
sreg, dan hal-hal itu luput dari observasi waktu milih sekolah.

Beberapa fakta seperti guru yang gampang banget kasih konsekuensi,
pelajaran yang cepat sekali,PR yang menumpuk kala weekend, soal ujian
yang luar biasa "berat" menurut saya....bikin perut saya juga ikut melilit.

Konsep "Homeschooling" sudah berseliweran di benak saya...tapi buat anak
saya yang sosialisasinya nggak bagus, HS kayaknya malah akan memperburuk
kemampuan sosialisasinya itu (walau banyak pihak yang menyatakan HS
tidak berhubungan dengan sosialisasi)

Dua minggu saya mengintesifkan komunikasi dengan Akmal.
Ngobrol...ngobrol...ngobrol.
Kami juga manusia (duh alasan yang tidak perlu yak), tidak mudah menjaga
ketenangan hati ketika ngobrol atau membujuknya sekolah.

Akhirnya ketemulah penyebabnya dan solusinya. Guru yang suaranya terlalu
keras dan sering ngancem kasih konsekuensi, diselesaikan dengan
berkomunikasi, memberi feedback,dan saran.

PR yang tiba-tiba jadi banyak (sampai sepuluh halaman!), apalagi
diberikan di akhir pekan, ternyata terjadi atas saran orangtua yang
kebetulan nggak mau anaknya tertinggal dari anak-anak sekolah
lain...halagh...ampyun deh! Masalah ini diselesaikan dengan
berkomunikasi dan berdialog dengan guru.

Alhamdulillah gurunya open minded,lapang hati, mau menerima saran.

Perasaan merasa tertinggal pelajaran, diselesaikan dengan belajar di
malam hari, belajar sekedar menumbuhkan keyakinan kalo dia bisa.

Setelah akmal diyakinkan tentang perubahan-perubahan yang akan ia temui
disekolahnya, akmal mau sekolah. Tapi minta ditungguin di dalem kelas.
Duh....mallu banget euy nungguin anak laki-laki di kelas 1....hik...tapi
apa mau dikata kutemenin juga. No Choice.....

Eh besoknya dia malah sakit...keterusan deh nggak sekolah...mogok lagi
deh walau dah sembuh....akhirnya setelah bujuk membujuk, dan meyakinkan
akan pentingnya sekolah dan sekolah yang begitu mengasyikkan, Akmal mau
sekolah.

Gubraknya pas dia mau sekolah bertepatan dengan waktu ulangan harian.
Adduh, menjanjikan kelasnya bakal lebih santai malah masuk pas ulangan.

Alhamdulillah gurunya support banget, jadi suasana kelas yang terlalu
menegangkan buat dia...diselesaikan dengan cara ada foreplay dulu
sebelum bertanding:), gambar-gambar dulu sebelum masuk kelas. Hal ini
cukup nyaman, tapppiii teuteup belum bikin dia merasa aman. Masih pengen
ditungguin.

Karena semua permasalahan hampir sudah diselesaikan, dan saya menilai
kondisi cukup...maka..kami (saya dan gurunya) memutuskan inilah saatnya
untuk melepas Akmal sekolah. Say good bye, and see you...

Akmal meraung raung menangis kenceng-kenceng
Sehari...dua hari...tiga hari...nggak keliatan akan ada perkembangan...

Comment (1)

Salam kenal Mba Lita,

Saya Ina, mamanya Rifa yang saat ini masih kebingungan, makasih share-nya... nanti kita lanjutkan lagi cerita2nya ya... :)