Perjalanan cintaku dimulai ketika hormon pubertas itu menguat dalam diri. Di masa itu sangat kuat keinginan untuk berjumpa.....menggelora...mencari yang namanya cinta.
Masa itu begitu giat mempercantik diri. Berkaca di depan cermin. Memberikan yang terbaik buat seseorang. Menyambut baik perhatian seseorang. Terkadang mencinta walau tidak dicinta. Kadang juga dicinta walau tak mencinta.
Sampe hidayah itu datang...bahwa pacaran tak diperbolehkan....stop....kujaga gejolak yang diciptakan hormon tersebut....walau cukup sulit...tapi paling tidak aku tak pacaran lagi hingga sampai tibalah masanya cukup umurku untuk mengenal seseorang yang akan menjadi belahan jiwa. Kubaca suratnya...kupandang fotonya...kujalani prosesnya...ternyata dialah yang kemudian menjadi suamiku tercinta.
Masa-masa awal pernikahan...ternyata betapa membingungkan...apa yang harus kulakukan untuk membahagiakan belahan jiwaku ini. Bagaimanapun kami belum saling mengenal....Begitu banyak yang mengejutkan bagi kami berdua. Ternyata ada sifat-sifat yang tak terduga. Ternyata ada harapan-harapan yang tak terpenuhi. Sering muncul pertanyaan: Apakah engkau mencintaiku...atau hanya sekedar menjalani apa yang sudah dipilih.......
Sampe akhirnya buah cinta kami hadir...anak pertama lahir dengan selamat. Inilah pertolongan Allah SWT yang kurasakan. Inilah yang menyelamatkan cinta kami. Kami menjadi kuat setelah ia hadir. Cinta itu menjadi hadir. Akupun merasa telah mencinta. Tapi apakah kau sudah mencintaiku. Entahlah aku tak yakin. Tapi kau suami yang baik, bertanggungjawab, selalu memberikan yang terbaik bagi keluarga. Tapi apakah kau mencintaiku...entahlah.
Kemudian buah cintaku yang kedua lahir. Kami pun semakin kuat. Kami menjadi keluarga yang kuat. Utuh. Tak ada konflik yang berarti. Bahagia ditengah celoteh-celoteh buah hati kami. Selalu ada cerita bahagia di setiap hari. Aku mencintaimu...tapi apakah kau mencintaiku? Entahlah....
Cinta selalu terucap dari bibirmu...tapi benarkah itu keluar dari lubuk hati yang paling dalam...entahlah....atau hanya sekedar menjalankan kewajiban....entahlah...entahlah....
Hari berganti hari....bulan berganti bulan...tahun berganti tahun. Tujuh tahun sudah aku bersamanya,belahan jiwaku. Banyak hal yang kita jalani bersama. Banyak masalah yang berhasil kita lalui. Banyak cerita bahagia yang kita alami. Diri kita sudah jauh lebih matang, lebih dewasa, tidak meledak-ledak,terkendali, saling bahu membahu, saling membantu, saling mendukung, menguatkan satu sama lain....inikah cinta?
Masa itu begitu giat mempercantik diri. Berkaca di depan cermin. Memberikan yang terbaik buat seseorang. Menyambut baik perhatian seseorang. Terkadang mencinta walau tidak dicinta. Kadang juga dicinta walau tak mencinta.
Sampe hidayah itu datang...bahwa pacaran tak diperbolehkan....stop....kujaga gejolak yang diciptakan hormon tersebut....walau cukup sulit...tapi paling tidak aku tak pacaran lagi hingga sampai tibalah masanya cukup umurku untuk mengenal seseorang yang akan menjadi belahan jiwa. Kubaca suratnya...kupandang fotonya...kujalani prosesnya...ternyata dialah yang kemudian menjadi suamiku tercinta.
Masa-masa awal pernikahan...ternyata betapa membingungkan...apa yang harus kulakukan untuk membahagiakan belahan jiwaku ini. Bagaimanapun kami belum saling mengenal....Begitu banyak yang mengejutkan bagi kami berdua. Ternyata ada sifat-sifat yang tak terduga. Ternyata ada harapan-harapan yang tak terpenuhi. Sering muncul pertanyaan: Apakah engkau mencintaiku...atau hanya sekedar menjalani apa yang sudah dipilih.......
Sampe akhirnya buah cinta kami hadir...anak pertama lahir dengan selamat. Inilah pertolongan Allah SWT yang kurasakan. Inilah yang menyelamatkan cinta kami. Kami menjadi kuat setelah ia hadir. Cinta itu menjadi hadir. Akupun merasa telah mencinta. Tapi apakah kau sudah mencintaiku. Entahlah aku tak yakin. Tapi kau suami yang baik, bertanggungjawab, selalu memberikan yang terbaik bagi keluarga. Tapi apakah kau mencintaiku...entahlah.
Kemudian buah cintaku yang kedua lahir. Kami pun semakin kuat. Kami menjadi keluarga yang kuat. Utuh. Tak ada konflik yang berarti. Bahagia ditengah celoteh-celoteh buah hati kami. Selalu ada cerita bahagia di setiap hari. Aku mencintaimu...tapi apakah kau mencintaiku? Entahlah....
Cinta selalu terucap dari bibirmu...tapi benarkah itu keluar dari lubuk hati yang paling dalam...entahlah....atau hanya sekedar menjalankan kewajiban....entahlah...entahlah....
Hari berganti hari....bulan berganti bulan...tahun berganti tahun. Tujuh tahun sudah aku bersamanya,belahan jiwaku. Banyak hal yang kita jalani bersama. Banyak masalah yang berhasil kita lalui. Banyak cerita bahagia yang kita alami. Diri kita sudah jauh lebih matang, lebih dewasa, tidak meledak-ledak,terkendali, saling bahu membahu, saling membantu, saling mendukung, menguatkan satu sama lain....inikah cinta?