Label: ,

Hanif, gayanya santai, tanpa beban. Cuek, senangnya berteman. Kalau ditelusuri catatan saya tentang dia waktu kecil, tampaklah ia anak yang tidak terlalu suka pada hal-hal yang berbau "belajar", seperti membaca buku sebelum tidur, dan mengerjakan buku aktivitas.

Gayanya itulah, yang membuat saya menundanya untuk sekolah. Sayang, saya pikir, karena di sisi lain ia sangat kreatif, dan menikmati masa-masa bermainnya. Kenapa sayang? Yaaa....saya pikir sayanglah anak sekreatif dia kalau langsung "dijejali" baca tulis hitung. Nanti sajalah kalau sudah mendekati usia sekolah.

Di usianya yang kelima, saya mendaftarkannya ke sekolah, dekat rumah. Pertimbangannya untuk sekolah adalah karena teman bermainnya di rumah sudah sekolah semua. Kasihan kalau tidak sekolah, dia tidak ada temannya.

Ternyata Hanif sangat semangat sekolah. Belum pernah dia bolos, atau malas. Walau saat batuk pilek mendatanginya. Selain semangat sekolah, ternyata ia juga semangat belajar! Hal yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Setiap kali melihat buku IQRO ataupun buku belajar membaca, ia akan meminta saya untuk mendampinginya belajar. Perkembangan minat belajarnya meningkat signifikan menurut saya. Benar-benar tidak menduga, karena dia anak yang suka loncat-loncat, bergerak ke sana kemari.

Kata Ayahnya, Hanif begini karena ia sudah kenyang main. Mungkin benar juga, ya? Puas main, tinggal belajarnya. Ngga penasaran lagi rasa bermain. Apapun penyebabnya, yang pasti si Ibu merasa bersalah karena sudah underestimate terhadap minat belajarnya. Ke depan, ingin belajar untuk tidak underestimate, kalau Allah berkehendak, seorang anak bisa menjadi seperti ini dan itu,walau tidak bisa diprediksi kapan ia bisa menjadi seperti ini dan itu. Yang pasti seorang ibu harusnya berpikir lebih positif dan optimis terhadap perkembangan anak-anaknya.

Comments (0)