"Jangan nakal mainnya ya!" pesan sang pengasuh pada anak tetanggaku
"Kalau mau banyak teman kamu jangan nakal ya" nasihat seorang ibu pada anak tetangganya
"Iih kamu nakal, sana aku nggak mau teman sama kamu" kata seorang anak pada temannya
"Buuu! Kaka nakal, hanif nggak mau teman kaka" kata anakku.
Nakal...nakal...nakal
Kata ini jadi sering kudengar akhir-akhir ini
Kata yang sudah biasa kita dengar.
Tapi kenapa ya, kalau aku sendiri merasa tak enak waktu mendengarnya.
Sepanjang waktu aku mengasuh anak-anak, aku tidak pernah mengucapkan kata "nakal" sekali pun pada anak-anakku.
Aku pun tak pernah mengucapkannya pada keponakanku, pada anak tetanggaku, pada semua anak yang ku kenal, walau sebenarnya sering ada perilaku yang bikin aku hampir mengucapkannya.
uups...selalu kutahan mulutku, kukunci rapat mulutku, kalau aku sudah hampir mau mengucapkannya.
Entahlah kenapa bagiku rasanya hal ini menjadi prinsip. Tidak memberi label negatif pada anak, apapun bentuknya, apakah itu melalui ucapan atau kata-kata buruk ataupun melalui bahasa tubuh kita (dan yang terakhir ini cukup sulit bagiku)
Layakkah seorang anak yang berperilaku salah mendapat label negatif, bukankah akibatnya akan buruk pada konsep diri mereka. Bisakah kita bayangkan atau kita mencoba merasakan perasaan anak jika dikatakan "nakal" apalagi kalau sering (sedikit-sedikit dibilang nakal!)
Bukankah hal ini akan membuat anak berpikir "aku adalah anak nakal"
Apa yang akan dilakukan oleh anak yang memiliki konsep diri "aku adalah anak nakal?"
Temukan jawabannya di hati kita para orangtua....tuliskan jawabannya dalam diary kita semua...tetapkan apa yang akan kita katakan, sikap yang akan kita ekspresikan di kemudian hari jika anak melakukan hal yang menurut kita salah.
Saya sudah menemukan jawabannya, bagaimana dengan Anda? Jika belum, silakan temukan jawabannya dalam tulisan-tulisan saya berikutnya:)
"Kalau mau banyak teman kamu jangan nakal ya" nasihat seorang ibu pada anak tetangganya
"Iih kamu nakal, sana aku nggak mau teman sama kamu" kata seorang anak pada temannya
"Buuu! Kaka nakal, hanif nggak mau teman kaka" kata anakku.
Nakal...nakal...nakal
Kata ini jadi sering kudengar akhir-akhir ini
Kata yang sudah biasa kita dengar.
Tapi kenapa ya, kalau aku sendiri merasa tak enak waktu mendengarnya.
Sepanjang waktu aku mengasuh anak-anak, aku tidak pernah mengucapkan kata "nakal" sekali pun pada anak-anakku.
Aku pun tak pernah mengucapkannya pada keponakanku, pada anak tetanggaku, pada semua anak yang ku kenal, walau sebenarnya sering ada perilaku yang bikin aku hampir mengucapkannya.
uups...selalu kutahan mulutku, kukunci rapat mulutku, kalau aku sudah hampir mau mengucapkannya.
Entahlah kenapa bagiku rasanya hal ini menjadi prinsip. Tidak memberi label negatif pada anak, apapun bentuknya, apakah itu melalui ucapan atau kata-kata buruk ataupun melalui bahasa tubuh kita (dan yang terakhir ini cukup sulit bagiku)
Layakkah seorang anak yang berperilaku salah mendapat label negatif, bukankah akibatnya akan buruk pada konsep diri mereka. Bisakah kita bayangkan atau kita mencoba merasakan perasaan anak jika dikatakan "nakal" apalagi kalau sering (sedikit-sedikit dibilang nakal!)
Bukankah hal ini akan membuat anak berpikir "aku adalah anak nakal"
Apa yang akan dilakukan oleh anak yang memiliki konsep diri "aku adalah anak nakal?"
Temukan jawabannya di hati kita para orangtua....tuliskan jawabannya dalam diary kita semua...tetapkan apa yang akan kita katakan, sikap yang akan kita ekspresikan di kemudian hari jika anak melakukan hal yang menurut kita salah.
Saya sudah menemukan jawabannya, bagaimana dengan Anda? Jika belum, silakan temukan jawabannya dalam tulisan-tulisan saya berikutnya:)
Comments (0)
Post a Comment