Hari ini aku menemukan tulisanku di tahun lalu...ku upload di blog ah...
01 Mei 2007
"Akmal sekarang sudah jam 1/2 7 ayo kita mandi"
Seperti yang sudah diduga Akmal merespon dengan pertanyaan klasik: "Kenapa?" Yah pertanyaan yang sedang sering dia ajukan, sebagai pertanda penolakan. Sebenarnya mungkin kalimat pertanyaannya panjang "kenapa sih aku disuruh mandi, aku kan lagi asyik main?" Tapi pertanyaan itu kujawab saja dengan jawaban standar:"kan biar bersih. Akmal kan mau sekolah" "Aaah nggak mau! Aku kan sudah bilang hari ini nggak sekolah. Kemaren aku kan sudah bilang besok aku enggak sekolah, besoknya lagi aku sekolah, besoknya lagi aku nggak sekolah, besoknya lagi aku sekolah."
Pffh, nahan nafas deh kalo sudah begini. Mogok sekolah lagi? Ya...sudah kesekian di semester ini. Akmal mogok sekolah. Hampir tiap hari ada acara membujuk dia agar mau sekolah, dan kali ini aku merasa bosan. Sudahlah akhirnya aku masuk saja ke rumah, daripada terpancing emosi.
Sudah puas bermain, akmal masuk rumah. Aku berusaha untuk diam saja, tak bicara, bukan karena mau unjuk rasa, mendiamkan dirinya, tapi aku tahu kalau aku bicara, emosiku yang akan bicara.
Mungkin karena terasa sepi, tak ada yang mengajaknya bicara, Akmal mengajakku bicara. "Bu, aku nggak sekolah" Duh...sebaiknya aku merespon dengan kata-kata apa......apa aku menyerah saja...mengikuti kemauannya saja...tak perlu kubujuk...tak perlu kumarahi...anggap saja tal ada apa-apa. bagaimana ya??? Kucoba bicara.
"emmh, begitu ya...ibu juga mau kasih kabar kalau ibu mau cuti hari ini, ibu mau pergi ke gramedia sendiri, jalan-jalan...asyik juga ya. Ibu cuti dulu dari ngasuh dan ngurus anak-anak. Nggak masak, nggak ngasih makan, nggak ngemandiin"
Kutatap matanya. Observasi responnya. Tampak dia menanggapi dengan serius. Melihat keseriuasannya aku jadi semangat:) sepertinya jawabanku cukup kena.
"Mungkin besok ayah juga akan berpikir untuk ikut cuti seperti ibu, teteh cuti,hanif cuti..."
"Bagaimana menurut mas, kalo ayah mogok kerja, teteh mogok kerja...ibu aja yang kerja ya..ibu pergi subuh pulang malam. Ayah yang masak. Ngebacain cerita...." "Wah nggak mau! Nanti bagaimana? Ayahkan nggak bisa masak. Dah gitu kalo ngebacain cerita ayah suka goda (dimain-mainkan_red)
AHA! tampaknya Akmal tergiring masuk ke dalam diskusi...ok coba kita diskusikan tentang aturan bersama...aturan sosial.
"Mal...Pak polisi sudah membuat lampu merah untuk berhenti, hijau untuk berjalan, kuning untuk bersiap-siap. Lalu kalau ada orang yang tidak mau ikut aturan itu, misal waktu lampu merah menyala, ia malah menjalankan mobil dengan cepat, apa yang terjadi?
"tabrakan..."
"Ya, orang - orang bisa tabrakan. Pak polisi membuat aturan supaya hidup aman dan nyaman. Nah aturan juga ada di keluarga kita. Aturannya setiap orang punya tugas. Ibu bertugas mengasuh dan mendidik anak-anak, teteh bertugas merapikan rumah dan membantu ibu, mas bertugas sekolah...aturan ini dibuat supaya semua merasa nyaman dan senang"
"kalau mas punya aturan sendiri boleh. Mas mau cuti sekolah, ibu juga mau cuti, ayah cuti, teteh cuti, kita tuker-tukeran tugas. Bagaimana setuju?"
Eng...ing...eng wajahnya berpikir...
"Bagaimana mau ikut aturan bersama atau aturan sendiri?"
"Aku nggak sekolah!"
Gubrak dah...kupikir dengan diskusi seperti ini hatinya bakal luluh....yah apa mau dikata namanya juga anak-anak.
"Ok deh ibu mau cuti"
"Kenapa?"
Glek...ow apa dia belum paham atau nggak mau paham ya....
"mas bisa buat aturan sendiri. Bisa suka-suka sendiri. Ibu juga bisa donk. Bagaimana mau ikut aturan bersama atau aturan sendiri.
"Aturan bersama!"
Alhamdulillah akhirnya........
"Kalau begitu ayo kita mandi"
Hari yang diawali dengan.....usaha yang tak mudah. Emosi harus terkendali. Logika harus jalan.
-----
Setahun kemudian neh... Akmal sekarang dah masuk SD Alhamdulillah dia semangat banget sekolah....Hmmh kalo melihat dia sekarang dah lupa tuh kalo dia dulu pernah males-malesan sekolah. Begitulah...anak...kadang mengalami masa perilaku sulit yang sifatnya sementara, namun sayang kita orangtua kerap terlalu cepat menjudge perilaku sulit sementara itu sebagai sifat atau perilaku yang menetap. Padahal hanya dibutuhkan kesabaran untuk melalui masa itu dengan baik.
01 Mei 2007
"Akmal sekarang sudah jam 1/2 7 ayo kita mandi"
Seperti yang sudah diduga Akmal merespon dengan pertanyaan klasik: "Kenapa?" Yah pertanyaan yang sedang sering dia ajukan, sebagai pertanda penolakan. Sebenarnya mungkin kalimat pertanyaannya panjang "kenapa sih aku disuruh mandi, aku kan lagi asyik main?" Tapi pertanyaan itu kujawab saja dengan jawaban standar:"kan biar bersih. Akmal kan mau sekolah" "Aaah nggak mau! Aku kan sudah bilang hari ini nggak sekolah. Kemaren aku kan sudah bilang besok aku enggak sekolah, besoknya lagi aku sekolah, besoknya lagi aku nggak sekolah, besoknya lagi aku sekolah."
Pffh, nahan nafas deh kalo sudah begini. Mogok sekolah lagi? Ya...sudah kesekian di semester ini. Akmal mogok sekolah. Hampir tiap hari ada acara membujuk dia agar mau sekolah, dan kali ini aku merasa bosan. Sudahlah akhirnya aku masuk saja ke rumah, daripada terpancing emosi.
Sudah puas bermain, akmal masuk rumah. Aku berusaha untuk diam saja, tak bicara, bukan karena mau unjuk rasa, mendiamkan dirinya, tapi aku tahu kalau aku bicara, emosiku yang akan bicara.
Mungkin karena terasa sepi, tak ada yang mengajaknya bicara, Akmal mengajakku bicara. "Bu, aku nggak sekolah" Duh...sebaiknya aku merespon dengan kata-kata apa......apa aku menyerah saja...mengikuti kemauannya saja...tak perlu kubujuk...tak perlu kumarahi...anggap saja tal ada apa-apa. bagaimana ya??? Kucoba bicara.
"emmh, begitu ya...ibu juga mau kasih kabar kalau ibu mau cuti hari ini, ibu mau pergi ke gramedia sendiri, jalan-jalan...asyik juga ya. Ibu cuti dulu dari ngasuh dan ngurus anak-anak. Nggak masak, nggak ngasih makan, nggak ngemandiin"
Kutatap matanya. Observasi responnya. Tampak dia menanggapi dengan serius. Melihat keseriuasannya aku jadi semangat:) sepertinya jawabanku cukup kena.
"Mungkin besok ayah juga akan berpikir untuk ikut cuti seperti ibu, teteh cuti,hanif cuti..."
"Bagaimana menurut mas, kalo ayah mogok kerja, teteh mogok kerja...ibu aja yang kerja ya..ibu pergi subuh pulang malam. Ayah yang masak. Ngebacain cerita...." "Wah nggak mau! Nanti bagaimana? Ayahkan nggak bisa masak. Dah gitu kalo ngebacain cerita ayah suka goda (dimain-mainkan_red)
AHA! tampaknya Akmal tergiring masuk ke dalam diskusi...ok coba kita diskusikan tentang aturan bersama...aturan sosial.
"Mal...Pak polisi sudah membuat lampu merah untuk berhenti, hijau untuk berjalan, kuning untuk bersiap-siap. Lalu kalau ada orang yang tidak mau ikut aturan itu, misal waktu lampu merah menyala, ia malah menjalankan mobil dengan cepat, apa yang terjadi?
"tabrakan..."
"Ya, orang - orang bisa tabrakan. Pak polisi membuat aturan supaya hidup aman dan nyaman. Nah aturan juga ada di keluarga kita. Aturannya setiap orang punya tugas. Ibu bertugas mengasuh dan mendidik anak-anak, teteh bertugas merapikan rumah dan membantu ibu, mas bertugas sekolah...aturan ini dibuat supaya semua merasa nyaman dan senang"
"kalau mas punya aturan sendiri boleh. Mas mau cuti sekolah, ibu juga mau cuti, ayah cuti, teteh cuti, kita tuker-tukeran tugas. Bagaimana setuju?"
Eng...ing...eng wajahnya berpikir...
"Bagaimana mau ikut aturan bersama atau aturan sendiri?"
"Aku nggak sekolah!"
Gubrak dah...kupikir dengan diskusi seperti ini hatinya bakal luluh....yah apa mau dikata namanya juga anak-anak.
"Ok deh ibu mau cuti"
"Kenapa?"
Glek...ow apa dia belum paham atau nggak mau paham ya....
"mas bisa buat aturan sendiri. Bisa suka-suka sendiri. Ibu juga bisa donk. Bagaimana mau ikut aturan bersama atau aturan sendiri.
"Aturan bersama!"
Alhamdulillah akhirnya........
"Kalau begitu ayo kita mandi"
Hari yang diawali dengan.....usaha yang tak mudah. Emosi harus terkendali. Logika harus jalan.
-----
Setahun kemudian neh... Akmal sekarang dah masuk SD Alhamdulillah dia semangat banget sekolah....Hmmh kalo melihat dia sekarang dah lupa tuh kalo dia dulu pernah males-malesan sekolah. Begitulah...anak...kadang mengalami masa perilaku sulit yang sifatnya sementara, namun sayang kita orangtua kerap terlalu cepat menjudge perilaku sulit sementara itu sebagai sifat atau perilaku yang menetap. Padahal hanya dibutuhkan kesabaran untuk melalui masa itu dengan baik.
Comments (0)
Post a Comment