Label:


Sedang duduk-duduk, tidak sedang membicarakan apapun.
Akmal tiba-tiba berkata "Bu, do'akan Akmal supaya bisa masuk surga ya..."
Cukup kaget saya...duh anakku, begitu bersih hatimu, sehingga hanya itu keinginanmu
Dengan sedikit tercekat...saya menjawab...
"Ya, Mal tentu saja, ibu selalu berdo'a agar kelak kita semua berkumpul di surga"

Label:

Kolaborasi pernah juga ditulis oleh adik saya Ratna. Kali ini saya juga lagi kepengen nulis tentang kolaborasi (sorry Na, bukan bermaksud nyontek:)

Jauuuh sebelum bertemu dengan ayahnya anak-anak. Saya selalu membayangkan, seandainya saya berjodoh dengan orang yang bisa melengkapi saya. Saya menyadari kekurangan-kekurangan saya, dan saya ingin jodoh saya bukan yang memiliki kekurangan yang sama persis dengan saya.

Saya tahu saya ini orangny alergi dengan hal-hal yang sifatnya teknis, terutama yang berkaitan dengan teknologi, gaptek gitu loh! Ketika zaman sudah sekian maju,ketika email sudah membudaya, saya masih aja nggak ngerti apa itu email, bagaimana cara menggunakannya. So, kalau ada urusan yang memerlukan e mail, saya selalu mengandalkan kakak yang ogah-ogahan ngebantunya.

Saya tahu saya ini lebih berbakat di area humaniora, dan rada keder kalo belajar hitung-hitungan, matematika, fisika dan sebagainya. So, saya berharap berjodoh dengan orang yang nggak sama kedernya kalo ketemu dengan hitung-hitungan. Harapannya seh bisa memperbaiki kualitas keturunan, ciee...

Saya tahu banyaaak banget kekurangan yang ada pada saya, termasuk kecerobohan saya, kecemasan saya, pelupanya saya, terlalu generalnya saya alias nggak teliti.
Pffuh, kalo di list kok ya banyak bener kekurangannya:(

Akhirnya bertemu juga dengan jodoh itu....ayahnya dari dua jagoanku.
Di awal tahun-tahun pernikahan, belum begitu terasa kolaborasi yang bisa dilakukan. Walau selalu berusaha mencari titik-titik yang memungkinkan untuk kolaborasi. Sayang kami bukan penyanyi, kalo kami penyanyi mungkin bisa tuh langsung kolaborasi bikin album baru.

Kini di usia 7 tahun pernikahan kami, Alhamdulillah saya merasakan sekali indahnya berkolaborasi dengan pasangan. Ajaib rasanya berada pada fase sekarang. Ya, inilah impian saya bertahun-tahun yang lampau, dan Alhamdulillah masih diberi kesempatan saat-saat indah menikmati kolaborasi kami.

Salah satu yang saya kagumi (he...sekali-kali narsis) adalah webstore kami. Webstore ini didesain oleh sang suami yang ahlee urusan teknologi. Tapi jangan Geer dulu, Yah. Jago bikin web, nggak akan ada artinya donk kalo nggak ada yang menyediakan barang-barang untuk dijual. Nah, begitulah pembagian tugas kami, walau Ayah suka ngerasa terlalu diandalkan, walau suka kesal karena melihat saya yang dependent banget kalo dah urusan teknologi sampai teknologi yang ecek ecek_teknologi handphone.

Alhamdulillah...alhamdulillah. Akhir-akhir ini jiwa dan bibirku sering kali berdzikir mengucap syukur akan nikmatnya kolaborasi ini. Mudah-mudahan kami masih diberi kesempatan untuk terus berkolaborasi. Amiin

Label:

Punya kantor sendiri di rumah atau dengan kata lain bekerja di rumah, adalah cita-cita saya sejak SMP, jadi dah cukup lama punya cita-cita itu. Saking kuatnya cita-cita tersebut, sampe pusing waktu milih jurusan kuliah. Yah maklum termasuk tipe terstruktur, apa-apa harus direncanakan dengan matang. Pilih-pilih...akhirnya milih psikologi, bayangannya nanti bisa praktek di rumah, dan memang saya senang ilmu-ilmu humaniora.

Ternyata ada yang sulit direncakan yaitu soal jodoh. Alhamdulillah sudah berjodoh sebelum kuliah selesai. Menikah dan kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan ke profesi psikolog, jadi pupus sudah cita-cita kerja di rumah sebagai psikolog. Rumah tangga terus berjalan hingga kini Alhamdulillah diamanahi dua orang anak.

Setelah menikah, masih sempat bekerja di sebuah biro psikologi di bandung, tapi dah mulai penasaran ingin mencoba jalur bisnis. Nyoba-nyoba bisnis kecil-kecilan. Segala macam dijualin. Segala macam produk lah dari mulai garmen sampai makanan. Tapi hasilnya....tidak begitu bagus, sampai sempat memupuskan cita-cita punya usaha sendiri.

Tapi bagaimana ya, bekerja di rumah dah cita-cita dari kecil jadi selalu saja meletup-letup dalam hati. Sampai akhirnya hijrah ke jakarta menemani suami yang pindah kerja. Di jakarta saya mengenal milist bisnis smart, dan kemudian di beritahu suami ada milist yang luar biasa Tangan di Atas.

Pertama mendengar Tangan di Atas, bingung juga milist apa tuh? nggak jelas he...he...he
Tapi setelah baca posting-posting TDA. Wah luar biasa, merubah mindset saya.
Akhirnya take action dengan membuka toko di rumah....ternyata hasilnya juga tidak begitu menggembirakan....sampai terpikir saya tidak bakat jualan.

Sampai akhirnya menjadi pengamat saja di TDA...mengamati perjalanan rekan-rekan yang sudah mencapai "sukses", tanpa action yang berarti, tapi lama-lama kok ya pegel juga jadi pengamat.

Coba deh action lagi, memantapkan cita. Saya cari-cari jalannya bagaimana supaya bisa jadi si A, si B, si C. Dua tahun lalu saya coba membuka toko online. Alhamdulillah responnya bagus walau hambatannya buanyak...maklum pemula.

Tahun ini saya launch webstore baru dengan manajemen baru. Alhamdulillah dengan manajemen baru dan strategi baru, hasilnya cukup funtastis buat saya. Kepercayaan pelanggan menambah kepercayaan diri saya. Mudah-mudahan usaha saya ini barokah, dan someday bisa menjadi jalan rezeki yang utama di keluarga. Mudah-mudahan usaha saya juga semakin beranak pinak, bercucu.. juga he...he...he